Kamis, 04 Juni 2015

Presipitasi Koalesensi

Sebab Tuhan telah menciptakan ingatan, maka izinkan malam ini aku mensyukurinya sebagai mesin waktu. Menengok masa lalu, saat aku mencubit pipimu kemudian mukamu memerah, saat kita belum paham arti berpisah..

It's Rain Panda
DrawingPen dan PensilWarna di Atas Kertas A4




Hujan itu 1% cairan dan 99% kenangan



Terkadang..
Ada hujan yang jatuh saat teriknya mentari. Namun terkadang ada tangis yang jatuh saat senyummu berseri. Mentari itu kini telah tenggelam, bersama semua doa awal mencinta yang kini pupus di bias kejora..

Sebenarnya..
Petang ini menyenangkan. Sama sepertimu saat menggelayut rindu memelukku, saat kita belum tersekat menjadi aku dan kamu. Petang ini juga tenang. Seperti dirimu saat masih bisa mengucapsayang, saat pelukanmu belum menjadi sebuah kenang. Hanya tersedak oleh entah kenapa, sehingga aku bisa tetiba mengingatmu. Apapun itu, aku sedang menikmati cantiknya rindu..

Akhirnya..
Menyadari tentang perpisahan. Mendewasakan hati.
Awal tegukan yang manis, tengah kenikmatan yang puitis, hingga berakhir pada pahitnya ampas berujung miris. Seperti segelas kopi? Memang. Aku memang tengah menimati itu bersama semua bayangan masa lalu. Saat masih ada dering ponsel yang memanggilku untuk sebuah pesan singkat bertuliskan I Miss You..

Semakin aku mengingatmu, semakin aku paham tentang garis Tuhan untukku..

Aku adalah mendung, dan kau adalah rintik embun. 
Bersama, kita hanya akan menjadi gerimis. Meluluh perih dalam isak tangis

Aku kaku bagai seonggok kayu, dan kau menggelora bagai api cemburu. 
Bersama, kita hanya akan menjadi abu. Usai terbakar berbekas pilu

Aku melamun pada malam, dan kau termangu dalam temaram. 
Bersama, kita akan terus tenggelam. Saling merindu gelimang cahaya dalam kelam

Cukup! Semakin lama, hanya desir kangen yang melanda..
Sampai remuk menelusup relung, hingga perih mengiris rusuk yang berkabung, disini cerita tentangmu akan tetap utuh untuk bernaung. Karena waktu membuat keringat dalam pendewasaan, telah terlewati deretan sosok pengisi kerinduan. Pada tiap hembusan, sebutlah itu kenangan..

Maaf, 
Aku hanya sedang membuka kembali memori yang mengalun dan terhentak akan kenangan menahun. Untukmu masa lalu, terimakasih atas lakumu nan anggun.. :)

(wiranagara.id)

Rabu, 03 Juni 2015

Elegi Hemostasis

Terkadang tangis tak selalu mengurai luka, ia juga mengisyaratkan bahagia dalam derai air mata. Seperti saat ini, kala kau hadir di tengah-tengah sepi. Menegaskan bahwa tak bisa melupakanmu bukan berarti aku tak bisa menemukan cinta yang baru. Sebab rindu ini bagai pualam, aku harus membiasakan ia tergesek beragam rasa agar tetap berkilau tak seragam. Agar hati tak berubah menjadi jeruji tanpa warna yang bergantian menghiasi. Cinta, hadirmu ada, menyajikan suatu karunia..

"Welcoming You" [Drawing Pen & Pencil Colours on Paper]
Aku jatuh cinta, kelip bintang dan terang bulan terasa biasa. Entahlah, mungkin mereka kalah meriah oleh hatiku yang kian merekah..




Melangkah..
Keluar dari peparumu yang menghimpit sesak, menyapu debu-debu masa lalu yang hinggap di sudut riak. Mendorongnya hingga kerongkongan, membereskan sisa janjimu yang masih menempel di perasaan. Bermuara pada mulut, mengumpulkan pahit, mengeja secara urut, membuang semua rasa sakit. dan semua masa laluku..

Berpindah..
Melawan arus rindu yang biasanya, mengalahkan keinginan untuk mencintaimu selamanya. Menggedor beribu pintu, menawarkan cinta yang baru. Bersiap untuk berjuta kenyamanan yang hadir saat dipersilakan, berpeluk kembali pada setiap kecewa yang jatuh saat penolakan. Tak masalah. Bagiku itu lebih terpuji daripada hidup di hatimu lagi. Sebab kini malamku, bukan lagi tentang kamu..

Singgah..
Ke tiap hati dengan semangat yang membuncah. Mencari yang paling tepat, kadang terlalu jauh mencari hingga melupa hati yang paling dekat. Menyusuri ruang penasaran terbaik, berpasrah akan kembalinya perasaan yang di bolak-balik. Berputar hebat merotasi waktu sebab telah datang pesona gugup menunggu hadir sebuah temu. Memberi kejutan yang menyenangkan, memberi pelukan yang menenangkan. Mengakhiri dengan kecup, menegaskan masa lalu telah ku tutup..

Sampai..

Menetap dengan indah.
Pada satu hati. Di satu cinta yang mendiami. Setia pada pilihan, walau jauh dari kesempurnaan. Sebab bahagia itu diciptakan bukan ditemukan. Bertanggung jawab secara adil pada setiap keping hatinya yang aku ambil. Bertanggung jawab secara penuh agar hubungan tetap utuh. Menjadi satu-satunya alasan cinta yang jatuh tanpa memaksa harapan lain harus runtuh. Menjagamu, tetap utuh di pelukanku, hingga terlepas oleh kehendak waktu..

Karena kamu kini adalah kamu, bukan lagi tentang dia..


(wiranagara.id)

Mannequin Glutamat


Seperti biasanya, aku menghabiskan malam dengan duduk di bangku tua melihat jejak yang riuh menapak bahagia. Berlalu-lalang melewatiku dan bermuara pada setiap pertemuan penuh haru. Diawali dengan teriakan dan sedikit loncatan kegirangan, mereka saling bersua. Tanpa ragu pelukan pun terlepas diikuti debat kecil mengenai tempat terbaik untuk bersaksi, menjadi persinggahan terhebat untuk mengisi perut dan menumpahkan cinta dari hati.
"Mirroring Suffering" | Drawing Pen dan Pensil Warna di Atas Kertas
Pergi, membuat jalanan kembali sepi..

Aku hanya tertegun memandang kisah mereka yang tak pernah bisa aku miliki. Dari celah gorden toko aku mengintip, mengagumi cinta yang hilir mudik. Jangankan bergerak, udara pun tiada guna berdekatan denganku. Poseku masih sama, angkuh menantang dengan tangan kanan menjuntai dan tangan kiriku menyentuh pinggang. Bergaya di balik kaca, kesedihan yang tertutup sempurna.

Sederhana saja, aku ingin melihat dunia lebih luas. Bercerita tentang lelahnya seharian, menjamah cangkir dengan bibirku yang kelu menahan senyum palsu, atau menyentuh pipi yang selalu terlihat lembut saat mereka menanggapi manja pasangannya. Menghabiskan waktu di kedai-kedai rindu, hingga merasakan panik waktu begitu cepat padahal ungkapan rasa masih tersendat.

Lagi-lagi, aku tak tahu diri..

Musim kian berganti, kau berubah kian dewasa. Dari kejauhan , mengagumi cinta yang hilir mudik. Jangankan bergerak, udara pun tiada guna berdekatan denganku. Sial kali ini tiada pakaian yang kukenakan, hanya plastik bening berdebu menyelimuti tubuhku. Poseku masih sama, angkuh menantang dengan tangan kanan menjuntai dan tangan kiriku menyentuh pinggang. Bergaya di balik kaca, kesedihan yang berlipat lebih tebal dari biasanya.

Renta meluruh waktu..

Bersua tanpa bicara, mengedarkan rindu..

Tiada lagi rasa iri setiap malam minggu, tiada lagi parade pelukan gratis dari kau pasangan-pasanganmu itu. Aku cemburu pada setiap pergantian namun aku juga tak bisa menuntut kesetiaan. Karena aku lebih baik diam, memendam semua luka ini sendiri agar tak ada yang ikut terlukai. Aku harus tahu diri, aku cuma pajangan yang tercipta untuk menemani, hingga muncul kebosanan, dan sesak hadir dalam ketidakterimaan.

Pergi, lagi dan lagi..

a
(wiranagara.id)

Sebab Aku Mencintaimu

"Lovelypop" [Pensil warna di atas kertas]

Sebab aku mencintaimu..
Aku ingin mengganti darahku dengan namamu
Agar kelak saat kau lupa tentang dirimu, kau bisa membacanya dengan merobek nadiku

Sebab aku mencintaimu..
Aku ingin menutup mataku dengan senyumanmu
Agar kelak saat orang lain adalah alasanmu bahagia, kau mengerti kenapa aku tak lagi bisa melihat dunia

Sebab aku mencintaimu..
Aku ingin mengganti paru-paru dengan keberadaanmu
Agar kelak saat kau pergi, kau mengerti kenapa aku bisa mati

Sebab aku, mencintaimu..
Aku lupa cara berpikir, karena di dalam kepalaku hanya wajahmu yang terukir
Aku lupa cara berjalan, karena di dalam langkahku tiada lagi kakimu yang membuatnya beriringan
Aku lupa caranya hidup, karena di dalam hariku hanya hadirmu satu-satunya yang aku hirup

Sebab aku mencintaimu..
Jangan pergi, aku masih ingin memelukmu..

(wiranagara.id)

Selasa, 26 Mei 2015

Dialisis Polimerisasi


Untukmu, masa lalu. Sudah lama rasanya hatiku diselubungi namamu. Aku rasa cukup, kepadamu cintaku tak lagi berdegub. Kamu tak perlu tahu bagaimana kabarku. Sebab aku masih menaruh belas kasihan padamu, perempuan yang pernah ada di hati dan semua karyaku. Tak tega aku melihat akhirnya kamu yang kehilangan, meratapi perasaan yang berpindah tanpa perlahan. Deras menuju, hati yang jelas-jelas bukan kamu.

Untukmu, sekarangku. Sudah lama rasanya aku tidak jatuh cinta. Debar bahagia aku siap menyambutnya. Patah hati pun aku terima, yang terpenting kini hatiku bukan lagi tentang dia.


"Hmm.." | Drawing Pen dan Pensil Warna di Atas Kertas

Telah aku bersihkan debu-debu usang yang merekat di dinding hatiku. Menghanguskan sisa ruang yang pernah dia tempati, menyiapkan singgasana untuk satu permaisuri. Iya, satu saja. Aku tak begitu pandai bersiasat untuk berbagi tempat, sehingga melupakan adalah hal yang begitu berat. Namun dibandingkan cintaku, semesta pun terlalu ringan bila aku telah menaruh perasaan.

Sebelum semuanya terlampau jauh dan di hatimu aku benar-benar jatuh. Aku mohon siapkan otot wajahmu terutama bagian pipi; Sebab tertawa bersamaku bisa jadi begitu lama, dan sungguh aku tak ingin lesung pipimu mati. Maaf jika aku begitu lancang ingin melahap bola matamu, juga mengoleksi setiap cemberutmu. Sungguh kamu begitu menggemaskan, buatku semakin percaya kemampuan penciptaan Tuhan. 

Pundak dan telingaku, miliki dan pergunakan sepuasmu. Terutama saat kebingungan melanda, ia akan tetap menenangkanmu dengan setia. Aku serahkan pelukan sebagai hadiah asalkan hatimu tak lagi dirundung resah. Jangan ragu untuk meminta tolong, kelak aku juga akan merepotkanmu. Sejatinya cinta ada di tiap terpuruk, pada setiap cobaan kita akan salingmenguatkan. Jangan takut apalagi meragu, disampingmu kini ada aku.
"Wiiih.." | Drawing Pen dan Pensil Warna di Atas Kertas

Untukmu, cinta itu. Izinkan aku mematenkan rindu, memelukmu agar nyata segala kangen. Menyanjungmu dalam perhatian, melepas lelah mereda masalah. Begitu lemah aku menerima derita sendirian, dan aku butuh tempat untuk berbagi kebahagiaan. Masa-masa sulit akan kita serap bersama; Aku, kamu, meriwayatkan kisah menandai masa lalu telah sirna. Kita adalah rahasia, dimana orang-orang akan terus bertanya kenapa kita bisa begitu bahagia.
Sejauh mungkin aku ingin pergi namun di hatimu langkahku telah terkunci.

Untukmu, kekasihku. Titik dua bintang, tetaplah menjadi tempat berpulang..

(Wiranagara.id)

K.I.T.A


Sebelum hadir kata kenyamanan, pastikan itu cinta cuma penasaran belaka. Karena sering kita melihat hati hati yang patah sebelum cinta benar-benar merekah. Semua itu berujung pada saling menyalahkan dan saling mencaci satu sama lain. Hingga akhirnya tak pernah ada lagi saling sapa akibat kegagalan menanggapi rasa.

 Jatuh cinta tak pernah bisa dikatakan biasa. Ada rindu yang selalu jatuh di terik sepi yang lupa berteduh. Ada bosan yang selalu tertolak di tiap angan yang begitu menginginkan. Serta, ada sakit yang tak akan pernah membekas di tiap hati yang selalu ikhlas.
-Goodbye Panda-

Iya, maaf.
Kata sederhana yang selalu menjadi juara. Begitu mudah diberikan, begitu cepat dilupakan. Berikut semua penjelasan tanpa henti tentang berhenti menyakiti hingga janji setia sampai mati. Beserta pelukan hangat sehabis pertengkaran dan bisikan sayang yang begitu menenangkan. Kemudian, lupa akan luka. Hilang akan benci.


Perlahan.
Pun.
Berganti.
 

Lepas genggaman, cinta terbunuh pelan-pelan. Terutama, tentang kita. Sesederhana aku mencintaimu, serumit itu kau mencintainya. Sesederhana aku ingin membahagiakanmu, serumit itu kau bahagia dengannya.
 

Kau, adalah nama dalam doa yang selalu kubicarakan dengan Tuhan. Sebelum akhirnya aku sadar, satu huruf terucap dariku pun tak pernah kau dengar. Namun ingat, pada kehilanganmu aku berpesan jangan mencariku, Tapi tanyakan pada perasaan, adakah aku di masa depanmu?


"Karena kita, adalah satu regu yang mengumpul untuk saling menjauhi,
Kita adalah hati yang sudah enggan bertegur harap dalam janji ,
Kita adalah tiga kata 'Aku Sayang Kamu' yang membisu dalam sepi,
dan
K.I.T.A adalah empat huruf yang tak bisa dipersatukan kembali.."




(Wiranagara.id)

Distilasi Alkena



Pernah bahagia kita merekah indah tanpa sedikitpun gelisah, saat lantunan rindu adalah alasan setiap pertemuan, saat mencintaimu bukan hanya sekedar lamunan. Semurung mendung sederas hujan, mimpiku memuai hebat pada ketiadaan. Aku tak pernah menyesal  akan keputusanmu memilihnya, yang aku sesalkan adalah tiada sedetikpun kesempatan bagiku membuatmu bahagia..

Kesalahanku, menjadikanmu alasan segala rindu..


Waktu pun mengurai tetes hujan menjadi bulir-bulir kenangan. Ia menelusup tanpa permisi membasahi nurani. Merangkak naik menyusun kata yang dibicarakan oleh pelupuk, memaksa mata bekerja mengeluarkan kalimat penuh derita. Degub jantung menyatu detik, menyuarakan penyesalan yang runtuh menitik. 

Bukan perih yang aku ratapi, tapi pengertian tak pernah kau beri. Sadarlah! Aku telah mencintaimu dengan terengah-engah, mencibir oksigen dengan menjadikanmu satu-satunya udara yang aku izinkan mengisi setiap rongga, menghempas darah dengan namamu yang mengalir membuat jantungku tetap berirama. Padamu aku jatuh hati, bahkan sebelum Tuhan merencanakan Adam dan Hawa diturunkan ke bumi.

Kesalahanku, tak pernah mencintai selain kamu..

Tingkat sepi paling mengerikan, adalah sepi dalam keramaian. Mengulik rasa secara primitif dan tak mengenali dunia telah jauh mengalami perubahan.
Bagaimana mungkin aku menjauh jika hanya padamu keakuanku luluh?
Bagaimana mungkin aku pergi jika bayanganmu masih saja menghiasi mimpi
Bagaimana mungkin aku berpindah bila hanya padamu hatiku bisa singgah?

Bagaimana mungkin?

Bagaimana..

Mungkin..

Kau memilih orang lain?

Detik yang berbaris hanya membuat pengharapan semakin miris. Kau tak bergeming, kau tak pernah menjawab dengan alasan caraku mendambamu terlampau bising. Otakku terus meneriakkan penyesalan sembari bertanya tentang kenapa, pada sikapmu yang terlalu membuat semesta menerka-nerka. Tangkupan tanganku masih saja menggenggam harap untukmu, namun keegoisanmu membuatnya kosong laksana harapan semu.

Kesalahanku, isi doaku tak pernah selain namamu..

Cinta tak selamanya tentang kepemilikan, tapi cinta adalah tentang keikhlasan. Segala rela aku coba tumpahkan, pada rajutan tinta yang menulis namaku dalam undangan pernikahan. Paling tidak aku pernah merasakan perihnya ditolak tanpa penjelasan. Paling tidak aku pernah menyadari sakitnya mendamba tanpa balaspeduli. Paling tidak, aku akhirnya bisa melihat sosok terbaik yang akan mendampingimu, dan bersanding bahagia berbagi senyuman denganmu.


Terimakasih atas segala rasa


Mencoba ikhlas


Walau air mata pasti mengucur deras


Kesalahanku; Adalah tak pernah merasa, bahwa untukku kau tak pernah punya cinta..


(Wiranagara.id)

Deteorisasi Hepatalgia

Ada denyut sesak saat mendengar kabarmu sekarang, bahwa kau telah menemukan seseorang, dan bersamanya kalian saling mengikat sayang. Aku terdiam, seperti yang selalu kau lakukan dulu saat aku mengungkapkan rasa padamu. Bahwa sesungguhnya aku tidak terima atas segala bahagiamu, karena aku selalu yakin aku yang paling bisa membahagiakanmu.. 

"You" | Goresan pertamaku tentang penyatuan panda dan dirinya, Pensil warna di atas kertas.

Namun terlambat, padanya cintamu telah tertambat..

Kau tak pernah memberikan kesempatan kedua, menjadikanku teman cerita sudah cukup membuatmu nyaman. Sedetik saja sungguh ingin aku memilikimu, walau tak selamanya, paling tidak bisa mewarnai setiap cerita hingga larut malam. Karena kini tentangmu hanyalah perih, dan penyesalan yang terucap lirih. Isi kepalaku masih saja tentangmu, namun ketiadaanku di hatimu membuatnya pilu. Satu hal yang masih membuatku tersenyum adalah anugerah kehormatan yang kau berikan atas hancurnya segala perasaan, lalu aku merayakan kepergianmu bersama air mata yang merintik bersamaan. Membanting waktu ribuan kali, tak kembali.

Namun terserah, mimpiku tentangmu telah berubah..
Aku adalah secangkir teh yang kau lewatkan di lain meja, yang tak teraduk menjadi dingin dalam hambar yang sempurna. Terlalu sering kau lupa, sering pula kau jadikan bahan bercanda. Untukmu, aku lakukan semua. Sebelum akhirnya menghilang ditelan diam, mulutmu hanya berbicara tentang lain pertemuan, padahal di depanmu aku melebarkan telinga menunggu jawaban. Terkumpul kekecewaan, kau semakin tak wajar membicarakan orang lain di depan hati yang jelas-jelas mendamba kepastian.

Tak perlu kau pikirkan perasaan orang lain, terlihat jelas bahagiamu terlalu egois untuk dibagi. Aku pun tak terima jika nantinya aku hidup dengan seorang pematah janji; Maka bersenang-senanglah dengan dia yang kau pilih untuk menemanimu, hingga suatu hari nanti mendengar namaku akan membuatmu terbunuh tepat di dada. Penyesalan akan menggerogoti perasaanmu, ucapan maaf akan kau teriakan dalam setiap doa, dan tangisan akan menyelimuti setiap malammu penuh nelangsa.

Namun sia-sia, di hari itu rasaku padamu telah tiada..

Sebab aku memutuskan pergi, karena ternyata hatiku terlalu mulia untuk kau tinggali. Dan bila nantinya hatimu diselimuti kerinduan, menangislah karena kau telah kulupakan.. 

(Wiranagara.id)

Senin, 25 Mei 2015

Dispersi Kardiomiopati

Semangkuk penyesalan tengah aku paksa memenuhi tenggorokan sebagai perayaan kepergianmu di lain pelukan. Sendiri, meresapi manis yang menguap sebelum tertelan. Membaca satu per satu kebahagianmu kini bersamanya, mensyukuri sedikit senyum yang pernah ada. Waktu yang bersaksi akan sungai deras yang mengalir di pipi, menikmati kecewa bersanding sepi. Malam ini aku ingin meminta maaf, bahwa melupakanmu aku belum bisa dan hatiku masih saja mengeja namamu sebagai satu-satunya rasa..
Tiada stalking yang (hatinya) tak retak | Drawing pen dan pensil warna diatas kertas
Semangkuk penyesalan tengah aku paksa memenuhi tenggorokan sebagai perayaan kepergianmu di lain pelukan. Sendiri, meresapi manis yang menguap sebelum tertelan. Membaca satu per satu kebahagianmu kini bersamanya, mensyukuri sedikit senyum yang pernah ada. Waktu yang bersaksi akan sungai deras yang mengalir di pipi, menikmati kecewa bersanding sepi. Malam ini aku ingin meminta maaf, bahwa melupakanmu aku belum bisa dan hatiku masih saja mengeja namamu sebagai satu-satunya rasa..
Denganmu, jatuh cinta adalah patah hati paling sengaja..


Detik memaksa ingatan untuk bertanya. Menagih candu yang dulu begitu mudah aku menerima, kini kabarmu hanya rintihan duka yang menyimpul di batas hampa. Memukul kepalaku, lebam jiwaku. Ingin aku pergi mencintai ribuan hati, tapi semua tentangmu masih saja mengitari. Bayangkan; Betapa menyedihkan mencintai tanpa kerelaan, sehingga lebih baik aku menikmati sakit hingga batas perpisahan.

Denganmu, jatuh cinta adalah kematian yang tinggal menunggu waktu..

Sekarang senja hanya menyajikan rona derita, membiaskan warna tanpa cerita. Terseret aku memendam lara pada kebisuan dengan air mata bermekaran. Aku masih bisa, aku masih kuat mencintaimu walau sudah sangat jelas yang kau pilih bukan aku. Bahkan kesibukanku masih saja merajut rindu dan memintal doa untuk  kau kenakan, menjagamu tetap hangat walau dari kejauhan. Dengan sangat sadar dan mengerti, pelukannya lebih istimewa dan bukan sekedar mimpi..

Denganmu, jatuh cinta adalah bahagia yang manisnya terpaksa..

Aku mendambamu bagai deru angin yang mengeringkan keringat, nikmati saja kesegarannya biar jemari pasanganmu yang menjadi sapu tangannya. Remuk jantungku, anggaplah biasa. Namun jika sampai hilang lingkar peluknya, berdebar dan khawatirlah. Sebab dia bukan aku, yang dengan sangat sadar melukai diri untuk tetap mencintaimu..

Sehat-sehatlah selalu, makan teratur dan tersenyumlah untuk geliat manja di dalam perutmu. Rumahmu akan dihinggapi malaikat, sambutlah dengan suka cita dan rayakan dengan meriahnya doa. Bahagiakan dia seperti pasanganmu membahagiakanmu, ajari dia cara tertawa seindah sungging senyumanmu. Kelak aku akan menghampiri dia, bercerita tentang betapa susahnya aku mendapatkanmu..

Karena,
Denganmu, jatuh cinta adalah keikhlasan terpenjara walau kepadaku yang kau sajikan hanya duka lara..

(Wiranagara.id)

Adisi Eradikasi

Di pertengahan semester, aku teringat pertemuan satu perempuan. Purnama tercantik yang menggantung di langit keemasan, malam paling teduh yang pernah aku dapatkan. Secangkir kopi yang mempertemukan kita di satu meja, sedikit sapa, dan aku kau jejali pertanyaan penuh kenapa. Terutama tentang kekosongan hati kita masing-masing, aku kira. Sebelum kau terisak akan satu nama yang menderaimu dalam air mata.

Aku terjebak dalam nostalgia yang sama. Secangkir kopi yang kita buat berdua, aku pahitnya dan kau manisnya. Meneguknya kau puas, dari itu aku dapatkan ampas; Naas dan berbekas.





Aku ingin berdamai dengan masa lalu, merelakan ketidakrelaan paling nyata dalam ketidaknyataan yang pernah aku nyatakan..


Empat bulan sejak kabar bahagiamu, aku masih saja sibuk mencari penggantimu. Aku rela atas keputusanmu memilihnya, yang aku tak rela hanya kepada siapa kini aku harus mengalamatkan cinta? Di kepalaku wajahmu telah menjadi prasasti, merusaknya hanya akan menyakiti mimpi. Walau sekedar angan namun itu satu-satunya cara menjamahmu dari kejauhan. Sebab memilikimu aku tak pernah bisa, penolakanmu adalah sehebat-hebatnya kuasa.

Membunuh rasa.
Penuh terpaksa.
Aku tertatih menyeret hati yang tersiksa.

Menguap penuh harmoni, satu per satu rinduku melantunkan melodi. Alunan perih dalam kemegahan paling alami. Membawa luka tanpa henti, mengitari hari penuh sesak hingga bahagia seakan tak pernah lahir ke bumi. Begitu ramai tanpa sedikitpun damai, riuh menggema melepuh tak terima.

Menghantam logika.
Peluh menerpa.
Aku terkapar menahan lebam yang merata.

Padahal aku ingin memelukmu seperti rembulan yang berhamburan bintang di sekitarnya, tetap kaulah satu-satunya. Tak terhindarkan derap kecewa berhamburan, bukan aku yang kau rencanakan; Bukan aku yang kau inginkan di masa depan. Mengertilah, tak secepat itu cinta berpindah. Bahkan jika aku berhasil menghilangkanmu dari hati, aku masih harus bergelut dengan perasaan tentang siapa penggantimu nanti.

Menikam langkah.
Perih terasah.
Aku tersayat menimang duka yang berdarah.

Mimpi kita tinggal buaian. Dusta paling nyata untuk diceritakan. Sehingga aku benar-benar ingin berdamai dengan kenangan, seperti adukan kopi malam ini yang tak teringat kala air telah mencampurnya. Aroma yang menggulung udara, menenangkan degub jantung akan amarah yang merajalela. 

Ternyata.
Tak seindah itu adanya.

Waktu yang paling tahu kapan aku bisa melupakanmu, maaf berderet di setiap detak menuju hatimu. Bahwa aku masih mencintaimu. Aku. Masih. Mencintaimu. Tak bisa dihentikan, tentangmu masih utama di perasaan. Anggap saja ini dosa terbaik untukku, mencintai seseorang yang telah jadi muara rindu. Karena cinta tak bisa dipaksakan, aku tak pernah menuntut kau untuk mencintaiku maka bebaskan aku untuk tetap menaruh rasa padamu.

Meletup-letup.
Pintu tertutup.
Aku tersenyum menanti senyum yang terkatup.

Selamat berbahagia atas hidupmu, kelak aku akan menyambangimu sembari mengucap itu. Tapi untuk sekarang, izinkan kepadamu aku masih mengucap sayang sampai nantinya berganti usang. Satu hal yang paling aku takutkan adalah bila akhirnya kau menyadari siapa yang paling mencintai. Pisau tertajam yang akan menyadarkan, robekan paling tidak sopan yang menengggelamkanmu dalam tangisan, rengekan terkeji dari kesadaran yang tak terelakkan.

Menusuk hati.
Tepat mengunci.
Aku siap menertawakan sesalmu dari cinta yang telah mati.

Dan untukmu aku siap bersaksi, pemakaman nurani penuh ratap pucat pasi..

(Wiranagara.id)